Mendaki. (Kisah Narendra-Banyu)
"Mendaki itu sulit ya?" ujar Banyu pada Narendra.
Sambil menendang kerikil di hadapan, Narendra hanya tersenyum simpul.
"Jika tidak sulit dan terasa nyaman, itu namanya turun," jawabnya.
"Tapi mungkin tak akan terasa sulit jika ada yang menemani, ya?" kata Banyu.
"Tergantung seperti apa yang menemani. Jika diam saja, ia tak membantu." Narendra menengadahkan wajah ke atas.
"Aku tak apa jika yang menemaniku diam selama aku mendaki. Yang penting aku tahu dia ada di sana, memperhatikan jalanku, dan selalu ada dalam lingkup gravitasiku. Dengan begitu, aku merasa aman," Banyu tersenyum.
"Ah, kau terlalu pemimpi, Banyu. Mana ada orang yang ingin membantu, namun diam. Itu bullshit." kata Narendra.
"Berarti kamu bullshit."
Lalu Banyu pergi meninggalkan Narendra yang terkesiap.
Sambil menendang kerikil di hadapan, Narendra hanya tersenyum simpul.
"Jika tidak sulit dan terasa nyaman, itu namanya turun," jawabnya.
"Tapi mungkin tak akan terasa sulit jika ada yang menemani, ya?" kata Banyu.
"Tergantung seperti apa yang menemani. Jika diam saja, ia tak membantu." Narendra menengadahkan wajah ke atas.
"Aku tak apa jika yang menemaniku diam selama aku mendaki. Yang penting aku tahu dia ada di sana, memperhatikan jalanku, dan selalu ada dalam lingkup gravitasiku. Dengan begitu, aku merasa aman," Banyu tersenyum.
"Ah, kau terlalu pemimpi, Banyu. Mana ada orang yang ingin membantu, namun diam. Itu bullshit." kata Narendra.
"Berarti kamu bullshit."
Lalu Banyu pergi meninggalkan Narendra yang terkesiap.
Comments