Rekam Jejak Keinginan Jadi Pengajar Muda
Entah dari mana aku mengetahui tentang Pengajar Muda dan Yayasan Indonesia Mengajar. Pokoknya, sejak Angkatan I aku sudah mengikuti mereka. Mungkin tahun 2010 ya. Betul tidak? Aku sempat melihat promosi mereka di beberapa tempat, yang juga aku lupa.
Sampai aku melihat video Ted-X Mas Anies Baswedan, sang penggagas Indonesia Mengajar. Aku kembali terenyuh dan benar-benar terharu. Aku menguatkan tekad bahwa suatu saat aku harus ikut gerakan ini.
Tapi, ragu demi ragu terus bertaut di kepala, aku hanya memberanikan diri untuk jadi relawan di Yayasan Indonesia Mengajar. Februari 2013 ikut Kelas Inspirasi, lalu bulan Oktober 2013, aku ikut Festival Gerakan Indonesia Mengajar dan kerja bakti bareng-bareng ribuan orang. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan, satu hari mengajar di Kelas Inspirasi, membuat aku terinspirasi banyak. Satu hari kerja bakti di FGIM, bikin aku terinspirasi banyak juga. Entah, Indonesia Mengajar sungguh membuat aku terinspirasi.
Dan kini, walau Mas Anies Baswedan sudah tak terlalu memegang kendali bagi Yayasan Indonesia Mengajar karena kesibukannya menjadi peserta Konvensi Demokrat, tapi aku tetap ingin menjadi Pengajar Muda. Lalu terbukalah satu pintu untuk saya. Pendaftaran Pengajar Muda Angkatan VIII dibuka. Delapan. Angka yang bagus dan favoritku. Delapan, angka yang indah dan membawa banyak kenangan buatku. Lalu ada suara yang mengetuk di benak, "Ayo Tas, coba. Kalau bukan sekarang, kapan lagi?"
Aku tertegun.
Iya ya, kalau nggak sekarang, kapan lagi? Tahun ini umurku 23, cuma ada batas 2 tahun lagi untuk aku mengikuti seleksi. Kalau seleksi di umur 23 gagal, kan aku bisa coba lagi hingga umur 25. Kalau dicobanya nanti-nanti, ya keburu umurku sudah 25.
Yang ada di benak hanyalah visiku hingga umur 25. Selepas 25, aku belum tahu ingin ke mana, ingin jadi apa, atau mau menetap di mana. Yang ada di otakku cuma living my twenties until 25 fully loaded. Tidak mau menyia-nyiakan waktu, tidak mau membuang-buang waktu. Melakukan segala hal yang ingin aku lakukan sampai umur 25. Karena aku nggak tahu apakah umur 25 aku akan menikah, atau bagaimana kan?
Kukuatkan hatiku untuk mengisi lembar demi lembar formulir pendaftaran Pengajar Muda Angkatan VIII. Kukuatkan hatiku untuk mengisi esai yang sungguh membuatku lelah. Tapi aku tetap bertekad. Hingga aku bikin video H-1 lalu mengirimkan aplikasinya H-beberapa jam penutupan pendaftaran. Ketika itu terkirim, begitu leganya aku. Pun ketika dikirimkan email oleh rekruiter, aku langsung terharu. Dibilangnya aku seperti Soekarno dan Hatta yang rela meninggalkan kenyamanannya untuk berbakti bagi negara. Aku menyeka air mata yang langsung tertumpah. Ya, aku berhasil mengirimkan aplikasiku.
Hingga tibalah hari pengumuman tahap 1. Aku begadang, namun tak kuat. Akhirnya tertidur. Besoknya aku mengecek handphoneku dan melihat email. PUJI TUHAN aku lolos tahap 1!!
Entahlah, perasaan berkecamuk campur aduk antara senang dan takut karena orangtua belum mengijinkan. Tapi kalau memang Tuhan berkehendak, hal itulah yang akan terjadi.
Kini, aku hanya bisa menyiapkan diriku, dan memenuhi waktu-waktu terakhirku di kantor dengan gembira dan legowo. Semoga bisa. Semoga dapat.
Amin.
Cheers,
-Natasha-
Sampai aku melihat video Ted-X Mas Anies Baswedan, sang penggagas Indonesia Mengajar. Aku kembali terenyuh dan benar-benar terharu. Aku menguatkan tekad bahwa suatu saat aku harus ikut gerakan ini.
Tapi, ragu demi ragu terus bertaut di kepala, aku hanya memberanikan diri untuk jadi relawan di Yayasan Indonesia Mengajar. Februari 2013 ikut Kelas Inspirasi, lalu bulan Oktober 2013, aku ikut Festival Gerakan Indonesia Mengajar dan kerja bakti bareng-bareng ribuan orang. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan, satu hari mengajar di Kelas Inspirasi, membuat aku terinspirasi banyak. Satu hari kerja bakti di FGIM, bikin aku terinspirasi banyak juga. Entah, Indonesia Mengajar sungguh membuat aku terinspirasi.
Dan kini, walau Mas Anies Baswedan sudah tak terlalu memegang kendali bagi Yayasan Indonesia Mengajar karena kesibukannya menjadi peserta Konvensi Demokrat, tapi aku tetap ingin menjadi Pengajar Muda. Lalu terbukalah satu pintu untuk saya. Pendaftaran Pengajar Muda Angkatan VIII dibuka. Delapan. Angka yang bagus dan favoritku. Delapan, angka yang indah dan membawa banyak kenangan buatku. Lalu ada suara yang mengetuk di benak, "Ayo Tas, coba. Kalau bukan sekarang, kapan lagi?"
Aku tertegun.
Iya ya, kalau nggak sekarang, kapan lagi? Tahun ini umurku 23, cuma ada batas 2 tahun lagi untuk aku mengikuti seleksi. Kalau seleksi di umur 23 gagal, kan aku bisa coba lagi hingga umur 25. Kalau dicobanya nanti-nanti, ya keburu umurku sudah 25.
Yang ada di benak hanyalah visiku hingga umur 25. Selepas 25, aku belum tahu ingin ke mana, ingin jadi apa, atau mau menetap di mana. Yang ada di otakku cuma living my twenties until 25 fully loaded. Tidak mau menyia-nyiakan waktu, tidak mau membuang-buang waktu. Melakukan segala hal yang ingin aku lakukan sampai umur 25. Karena aku nggak tahu apakah umur 25 aku akan menikah, atau bagaimana kan?
Kukuatkan hatiku untuk mengisi lembar demi lembar formulir pendaftaran Pengajar Muda Angkatan VIII. Kukuatkan hatiku untuk mengisi esai yang sungguh membuatku lelah. Tapi aku tetap bertekad. Hingga aku bikin video H-1 lalu mengirimkan aplikasinya H-beberapa jam penutupan pendaftaran. Ketika itu terkirim, begitu leganya aku. Pun ketika dikirimkan email oleh rekruiter, aku langsung terharu. Dibilangnya aku seperti Soekarno dan Hatta yang rela meninggalkan kenyamanannya untuk berbakti bagi negara. Aku menyeka air mata yang langsung tertumpah. Ya, aku berhasil mengirimkan aplikasiku.
Hingga tibalah hari pengumuman tahap 1. Aku begadang, namun tak kuat. Akhirnya tertidur. Besoknya aku mengecek handphoneku dan melihat email. PUJI TUHAN aku lolos tahap 1!!
Entahlah, perasaan berkecamuk campur aduk antara senang dan takut karena orangtua belum mengijinkan. Tapi kalau memang Tuhan berkehendak, hal itulah yang akan terjadi.
Kini, aku hanya bisa menyiapkan diriku, dan memenuhi waktu-waktu terakhirku di kantor dengan gembira dan legowo. Semoga bisa. Semoga dapat.
Amin.
Cheers,
-Natasha-
Comments