Amare

         Malam itu, aku tersadar bahwa aku menyayangi kamu lebih dari sekadar teman. Lebih dari sekadar sahabat yang kamu bagi cerita, canda, dan tawa. Lebih dari sekadar sahabat yang kamu bagi keluh, kesah, dan gulana.
Entah bagaimana dan karena apa, tiba-tiba dadaku sakit dan air mata menetes dari kedua bola mataku. Aku terkesiap. Kusesap air mata itu, namun ia terus menerus ke luar tanpa henti hingga aku tersedu-sedu. Entah moment-nya yang tepat atau memang Tuhan sudah menggariskan begitu, saat itu pesanku padamu pun tak berbalas. Hingga sekarang. Aku gundah, uring-uringan hingga tak tentu arah.
         Kembali pertanyaan 'mengapa' kulontarkan pada-Nya. Aku pernah bilang, jika rasa ini sudah membuatku sakit, hendaknya Kau hapuskanlah. Karena pada awalnya, perbincangan denganmu, pertemuan denganmu, pesan-pesanmu, membuatku selalu tersenyum dan tertawa. Maka jika ini sudah membuatku tak tersenyum dan tak tertawa, kiranya Tuhan hapuskan saja rasa ini.
         Tapi tidak. Ia yang punya kuasa tak menghapuskan rasa ini. Sudah beberapa hari aku gundah. Rindu tak tertahankan namun aku harus menahannya. Toh ia juga tak ingat padaku, buktinya, tak satu pesanpun darinya datang ke handphone-ku... Pikirku. Aku akan terus menunggu hingga ia yang beri kabar. Seperti yang lalu-lalu. Aku harus kuat. 
        Sudah dua tahun lebih aku tak pernah memiliki perasaan seperti ini lagi. Ternyata rasanya memendam asa dan angan itu.... masih sakit. Aku menyayanginya, mungkin Ia tidak tahu. Mungkin dirinya hanya menganggapku perempuan yang enak untuk diajak bicara, ngobrol, dan berbagi keluh kesah. Mungkin dirinya hanya menganggapku tak lebih dari teman, bahkan saudara. Akupun tak tahu rasa ini salah atau tidak, toh Ia sudah melewati 'ujian waktu'ku. Sekian bulan berbincang, dan aku merasa cocok. Entah dari pihaknya.... Ya sudahlah, aku hanya dapat berpasrah dan merelakan saja jika memang bukan ini jalannya. Yang pasti Ia adalah seseorang yang paling dapat membuat perasaanku campur aduk dan membuatku merasakan air mataku mengalir kembali karena masalah lelaki.
         Aku berpasrah, aku menyerahkan semua pada Ia Yang Empunya Kuasa, jika memang ini kehendakNya, maka terjadilah. Jika tidak, aku akan rela melepaskan. Ya, aku akan rela, lagi...

Untuk kamu, aku sayang kamu. Mungkin kamu cuma nganggap aku kakak, sahabat, teman yang enak untuk dijadikan tempat curhat, mungkin kamu cuma nganggap aku teman yang asyik untuk berbagi cerita. Aku juga baru sadar kok kalau aku kehilangan kamu waktu kamu gak hubungin aku, aku baru sadar kalau hariku hampa tanpa candaanmu. Aku baru sadar waktu kamu gak BBM aku dan aku jadi uring-uringan seharian tapi aku takut buat BBM kamu duluan karena aku malu... Aku baru sadar kalau aku.... sayang kamu. Sayang kamu lebih dari sekadar teman. Ya, mungkin aku terlalu jauh, aku terlalu kurang ajar, aku terlalu ekspektasi tinggi sama kamu.
Tapi jika kamu tidak memiliki perasaan yang sama denganku, aku ingin kita tetap seperti dulu. Bisa tertawa, bercanda, ngobrol sampai pagi dan seterusnya... Jangan sampai rasa ini menghalangi kedekatan kita sebagai keluarga. Aku masih ingin tertawa lepas sama kamu dan dengerin curhat-curhat kamu. Ya, mungkin rasa di hatiku ini memang pseudo, semu. Tapi aku tulus kok sayang sama kamu, kalau tulus kan berarti aku rela mengorbankan perasaanku sendiri demi perasaan kamu.

Pokoknya, kalau kamu baca tulisan ini dan kamu sadar kalau yang aku tulis di sini adalah kamu, setelah baca ini kamu jangan aneh ya. Kamu pura-pura aja gak baca tulisan ini di depan aku, kalau mau nanya sama aku, nanti aja nantiiii banget. Aku ga mau kita aneh, aku ga mau kita jadi awkward. Plisplisplisplis..... Aku cuman pengen curhat aja kok di blog aku. Ya pokoknya intinya kamu udah tau lah ya, kalau aku sayang kamu. Aku gak berani ngomong langsung sama kamu karena takut gimanaaa.. gitu jadinya.

Dan, oh ya...
BBM aku dong plis, aku kangen tapi aku malu bbm duluan -_________-
cerita apaaa aja sama aku plis :))



kiss kiss :* :*
-Tasha-






Comments

Popular Posts